Pages

Minggu, 08 Januari 2012

Mendengarkan lantunan nasyid maher zein “never forget to say laa illahailallah”. Sejenak mengundurkan diri dahulu dari dunia luar dan mendekap digua yang aku bangun sendiri. Bukan karena benci, bukan ingin melepas tanggunganku juga. Namun ingin melihat dan berpatut diri akan keadaanku yang sekarang. Membaca buku demi buku yang seolah mengkritikku dengan pedas, menohok hingga ke ulu, sunggu nyeri rasanya. Aku begitu menyadari bahwa kenyataanku hari ini memang adalah bua imaginasi yang kubuat beberapa waktu yang lalu dan sungguh memang aku harus bertanggung jawab atas apa yang aku inginkan pada waktu itu. Aku merasakan damai dalam lingkungan ini, aku merasakan bahagia dan hangatnya dalam dekapan ukhuwah aku berdiri. Seperti kutipan Dalam Dekapan Ukhuwah  “ketika rasa sapa menjadi tak mempunyai rasa, ketika semuanya terasa menyakitkan bukan lah ukhuwah yang rombeng namun keimanan kitalah yang rombeng”. Sejenak menelisik kedalam diri benarkah seperti itu. Berbagai tanya berbondong-bondong tanpa permisi menuju kepala ini, hingga mau tak mau pikiran pun tersita. Alangkah syahdunya ketika hujan tak lagi dipersalahkan, ketika panas tak jadi halangan, ketika ujian tak menjadi alasan untuk tetap melejitkan semnua potensi diri yang akhirnya tetap akan berlabuh pada-Nya. Menyesali hari kemarin yang kubuat hampa, sungguh tak berguna jika kita hanya merasa menyesal. Bukankah akan lebih baik jika kita bergerak, menghampiri cahaya yang kemarin telah menyilaukan mata hingga membutakan hati ini. Jelaslah, bahwa hikmah adalah sesuatu yang hilang bagi seorang mukmin. Maka ia yang mendapatkannya adalah yang berhak atasnya.
Entah mengapa, winamp berganti memutar lagu haraki. Alam memang bersahabat, sentuhannya lembut namun kian menusuk sampai tenggorokan ini tercekat. Mengajarkan kita akan sesuatu tanpa membuat kita bodoh justru ketajaman yang akan diajarkannya. Segudang mimpi ini jika memang tanpa ketajaman berpikir akan sia-sia, dan konsistensi pula hingga tak satupun manusia dapat meruntuhkannya hanya dengan kicauan kecil. Belajar pada ‘Aisyah, hingga sang penebar ilmupun berdecak kagum.
Menulis apa saja yang ingin aku curahkan, mencoba untuk terbiasa menuangkan pikiran dalam rangkaian kata. Bukan hanya membaca namun juga menulis. Menyibukkan dengan pemikiran sendiri yang kadang orang lain menutup diri untuk mendengarnya (sebagian). Namun sungguh, bukan itu hal yang membuatku menulis. Ada sekian alasan untukku menulis. Music dapat merangsang otak kreatif manusia, maka aku hanya berharap dengan menuangkan pikiranku pada rangkaian kata dapat merangsang otak kreatifku (salah satunya), mengingat aku tidak mengasah kemampuan seniku dengan baik. :D
‘Banyak kata yang ingin aku curahkan, namun ‘membaca; telah mengoreksiku dengan baik, pemuda memang memiliki semangat yang tinggi namun terkadang karena pengelolaan yang kurang baik sehingga itu dapat menghancurkan segalanya
Aku akan menceritakannya di posting selanjutnya. ^_^
 

(c)2009 Smile for World. Based in Wordpress by wpthemesfree Created by Templates for Blogger